Home Artikel “Paradox Memberi”

“Paradox Memberi”

IMG-20220711-WA0002


Sebuah Praxis Persembahan Gereja oleh
Pdt. Milton Lia, M. Teol, M.Pd.

Yesus Kristus adalah wujud pemberian sempurna sebagai sebuah paradoks. Terluka terjadi bersamaan dengan sukacita, mati untuk sebuah kehidupan, harus menjadi kurban disatu sisi dan penyelamatan di sisi yang lain. Itulah paradoks dalam diri Yesus, yang olehnya dari sana, paham pemberian gereja harusnya berpusat.

Praxis persembahan gereja harus tejadi sebagai aksi menyatakan pengorbanan Kristus bagi dunia. Bila demikian maka gereja yang memberi adalah Kristus yang berkurban.

Pertanyaannya adalah di mana posisi umat saat ia memberi persembahan….? Di uangnyakah.. di harta miliknyakah.. di hatinyakah…?

Bila terletak di uang maka pikiran umat akan tersumbat dengan keakuannya bahwa uang adalah miliknya…

Bila ada pada harta milik maka orientasi berpikir terletak pada usaha, jerih lelahnya mengumpulkan harta milik.

Bila ada pada hatinya maka umat menonjolkan hatinya terbatas dari dirinya sebagai manusia… bila  segala sesuatu bepusat pada manusia disitulah persoalannya.

Sehingga tak heran bila umat merasa gerah bila pemberiannya tidak segera ia ketahui,.. jumlah persembahannya lama diumumkan, lebih parahnya manusia seperti mempunyai hak penuh untuk mengelola berdasarkan bisikan bijaknya.

Sesungguhnya pada saat umat memberi yang terjadi adalah Kenosis Kristus “Tuhan mengosongkan diri-Nya dalam wujud manusia” namun pada dirinya (manusia) ia tak pernah akan menjadi Tuhan hal itu hanya terjadi dalam diri Yesus. Jadi memberi sebagai proses mengosongkan diri umat bermakna ketiadaan perangai material dalam diri yang ada adalah perangai Kristus. Segala sesuatu berpusat dari dan kepada Kristus. Pendek kata memberi bukan soal siapa aku melainkan siapa Dia.

Karena itu mengambil bagian dalam memberi persembahan adalah melakukan pekerjaan kasih karunia (2 Kor. 8:4) itulah makna kharis sebagai kekayaan dalam kemurahan (bdk. 2 Kor 8.:2b).  Pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh Yesus Kristus yang tak terbatas namun diperkenankan untuk dinyatakan oleh manusia yang terbatas.

Maka uang, harta milik dan hati kita berjumpa dengan makna teologinya yaitu sebagai milik Kristus. Di sinilah paradoks sempurna Kristus berjumpa dengan umat. Dengan kata lain pemberian umat sangat terhubung langsung dengan Allah (Kis. 5:4).

Problematika persembahan : kendala umat memberi

Alkitab mencatat kendala umat memberi terjadi karena umat merasa tak pernah cukup, suka mengumpulkan lebih dari biasanya padahal bila itu terjadi segalanya tak berguna.  Hal itu terjadi dalam kasus pengumpulan Manna Sabat oleh umat Israel ketika mereka mengumpulkan lebih semuanya menjadi busuk dan berulat (bdk Kel. 16:19-20).

Dalam perjanjian baru dicatat kisah  Ananias dan Safira yang menahan sebagian dari hasil penjualan tanah. Mengapa dampaknya kematian terjadi pada mereka berdua karena lagi-lagi pemberian itu sangat terhubung dengan Allah. Sehingga yang di dustai bukan para Rasul melainkan Allah sendiri. Konstruksi teologi itulah yang kemudian akan menjadi pintu masuk pemberian persembahan persepuluhan.

Daya Tarik Persepuluhan

Kata “maser” diperkenalkan oleh perjanjian lama untuk menerangkan Persepuluhan yang bermakna pembagian sepuluh dari semua berkat yang dimiliki. Tujuan awalnya sebagai bagian dari para janda, anak yatim, orang asing dan kaum Lewi. Kaum yang teridentifikasi  sebagai yang tak mempunyai apa-apa. Terkait dengan kaum Lewi karena mereka tak mendapatkan pembagian tanah untuk alasan pekerjaan khusus sebagai penatalayanan mezbah Tuhan. Tujuan persepuluhan diatas adalah dimensi diakonal dimana gereja dapat membuktikan kesejatian dirinya sebagai wadah pelayanan kepada yang membutuhkan.

Persepuluhan sekali lagi terikat pada Allah, supaya engkau belajar untuk selalu takut akan TUHAN Allahmu (Ulangan 14:23). Sehingga persepuluhan bukan perangkat pranata sosial, bila demikian maka gereja gereja tak ubahnya lembaga amal atau instansi sosial. Persepuluhan adalah perangkat pranata teologis yang berasal dari Allah sendiri untuk maksud keseimbangan kehidupan umat (2 Kor 8:13-15).

TUHAN Allah mendidik umat Israel untuk tidak memikirkan dirinya sendiri. Karena itu dalam segala hasil bumi ada sebagian yang harus menjadi bagian orang lain (yang membutuhkan). Tuhan Allah dapat dijumpai dalam wujud orang-orang yang butuh pertolongan. Disinilah aspek keadilan dikedepankan sebagai dimensi teologi persepuluhan. Karenanya persepuluhan akan kehilangan maknanya bahkan ditolak Tuhan bila hanya sekedar pengumpulan uang semata dan tidak menjadi wadah keadilan umat (bdk Mat.23:23). Sama seperti pemberian umat yang tidak rela, indikator kerelaan dalam 2 Korintus 8: 12  adalah apabila pemberian itu berdasarkan “apa yang ada padamu“.

Maka disinilah daya Tarik persepuluhan terletak yaitu :

  • Wujud umat yang takut akan TUHAN Allah;
  • Wadah keadilan;
  • Penyataan Kristus yang berkurban.
Posted in
Tag in
Butuh bantuan?